Senin, 16 April 2012

Definisi Pengangguran


Definisi Pengangguran :
Menurut Ida Bagoes Mantra, pengangguran adalah bagian dari angkatan kerja yang sekarang ini tidak bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan. Konsep ini sering diartikan sebagai keadaan pengangguran terbuka.
Menurut Dumairy Pengangguran adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan, lengkapnya orang yang tidak bekerja dan (masih atau sedang) mencari pekerjaan.
Masalah yang sering dihadapi adalah masalah setengah menganggur atau pengangguran tidak kentara, yang pengertiannya adalah sebagai berikut :
1. Setengah menganggur
Keadaan setengah menganggur (underemployment) terletak antara full employment dan sama sekali menganggur. Pengertian yang digunakan ILO, Underemployment yaitu perbedaan antara
jumlah pekerjaan yang betul dikerjakan seseorang dalam pekerjaannya dengan jumlah pekerjaan yang secara normal mampu dan ingin dikerjakannya.
Konsep ini dibagi dalam :
a. Setengah menganggur yang kentara
Setengah menganggur yang kentara (visible underemployment) adalah jika seseorang bekerja tidak tetap (part time) di luar keinginannya sendiri, atau bekerja dalam waktu yang lebih pendek dari biasanya.
b. Setengah menganggur yang tidak kentara
Setengah menganggur yang tidak kentara (invisible underemployment) adalah jika seseorang bekerja secara penuh (full time) tetapi pekerjannya itu dianggap tidak mencukupi karena pendapatannya terlalu rendah atau pekerjaan tersebut tidak memungkinkan ia untuk mengembangkan seluruh keahliannya.
2. Pengangguran tidak kentara
Pengangguran tidak kentara (disguised unemployment), dalam angkatan kerja mereka dimasukkan dalam kegiatan bekerja, tetapi sebetulnya mereka menganggur jika dilihat dari segi produktivitasnya. Jadi di sini mereka sebenarnya tidak mempunyai produktivitas dalam pekerjaannya. Misalnya mereka terdiri dari 4 orang yang bersama-sama bekerja dalam jenis pekerjaan yang sesungguhnya dapat dikerjakan oleh 3 orang sehingga 1 orang merupakan ‘disguised unemployment’.
3. Pengangguran friksional
Pengangguran friksional yaitu pengangguran yang terjadi akibat pindahnya seseorang dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lain, dan akibatnya harus mempunyai waktu tenggang dan berstatus sebagai penganggur sebelum mendapatkan pekerjaan yang lain tersebut.

Menurut Lincolin Arsyad (1999: 35), untuk memperoleh pengertian sepenuhnya tentang arti penting dari masalah ketenagakerjaan (employment) di perkotaan, kita harus memperhitungkan pula maslah pertambahan pengangguran terbuka yang jumlahnya lebih besar yaitu mereka yang kegiatannya aktif bekerja tetapi secara ekonomis sebenarnya mereka tidak bekerja secara penuh (underutilized). Untuk mengelompokkan masing-masing pengangguran, menurut Edgar O. Edward (tahun 1974 ) buku Ekonomi Pembangunan (Lincolin Arsyad, 1999: 35) perlu diperhatikan dimensi-dimensi:

1. Waktu (banyak di antara mereka yang bekerja lebih lama, misalnya jam kerjanya per hari, per minggu, atau per tahun).
2. Produktivitas (kurangnya produktivitas seringkali disebabkan oleh kurangnya sumber daya-sumber daya komplementer Untuk melakukan pekerjaan).
3. Intensitas pekerjaan (yang berkaitan dengan kesehatan dan gizi makanan)

Bentuk pengangguran :
Menurut Edgar O. Edward (tahun 1974 ) Pengangguran dibagi kedalam 5 Bentuk :
1. Pengangguran terbuka : baik sukarela (mereka yang tidak mau bekerja karena mengharapkan pekerjaan yang lebih baik) maupun secara terpaksa (mereka yang mau bekerja tetapi tidak memperoleh pekerjaan).
2. Setengah menganggur (underemployment): yaitu mereka yang bekerja lamanya (hari, minggu, musiman) kurang dari yang mereka biasa kerjakan.
3. Tampaknya bekerja tetapi tidak bekerja secara penuh: yaitu mereka yang tidak digolongkan sebagai pengangguran terbuka dan setengah pengangguran, termasuk di sini adalah:
a. Pengangguran tak kentara (disguised unemployment) Misalnya para petani yang bekerja di lading selama sehari penuh, apdahal pekerjaan itu sebenarnya tidak memerlukan waktu selama sehari penuh.
b. Pengangguran tersembunyi (hidden unemployment) Misalnya oaring yang bekerja tidak Sesuai dengan tingkat atau jenis pendidikannya.
c. Pensiun lebih awal
Fenomena ini merupakan kenyataan yang terus berkembang di kalngan pegawai pemerintah. Di beberapa negara, usia pensiun dipermuda sebagai alat menciptakan peluang bagi yang muda untuk menduduki jabatan di atasnya.
4. Tenaga kerja yang lemah (impaired): yaitu mereka yang mungkin bekerja full time, tetapi intensitasnya lemah karena kurang gizi atau penyakitan.
5. Tenaga kerja yang tidak produktif : yaitu mereka yang mampu untuk bekerja secara produktif tetapi karena sumber daya-sumber daya penolong kurang memadai maka mereka tidak bisa menghasilkan sesuatu dengan baik.






Definisi dan Ukuran Kemiskinan
Kemiskinan Agregat
Deskripsi: Perkembangan Kemiskinan
Kemiskinan agregat menunjukkan proporsi dan jumlah penduduk miskin yang hidup dibawah garis kemiskinan. Angka kemiskinan agregat atau yang sering disebut angka kemiskinan makro digunakan untuk mengukur kemajuan pembangunan suatu bangsa.
Perhitungan kemiskinan yang digunakan adalah pendekatan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan. Dalam implementasinya dihitunglah garis kemiskinan berdasarkan kebutuhan makanan dan bukan makanan. Penduduk yang memiliki ratarata pengeluaran/pendapatan per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan disebut penduduk miskin.
Angka jumlah penduduk miskin seperti yang dijelaskan di atas, disebut juga sebagai Poverty Headcount Index atau P0. Jumlah penduduk yang memiliki tingkat konsumsi di bawah garis kemiskinan ini sering juga disebut sebagai Poverty Incidence. Mengapa digunakan konsumsi dalam menghitung jumlah penduduk miskin? Setidaknya ada 3 (tiga) alasan utama: Pertama, dalam pelaksanaan survei, terutama bagi masyarakat miskin yang mempunyai pendapatan tidak tetap, lebih mudah menanyakan jenis barang (termasuk makanan) dan jasa yang telah dikonsumsi atau dibelanjakannya.  Kedua, dengan diketahuinya jenis makanan yang dikonsumsi maka akan menjadi jauh lebih mudah untuk mengkonversinya menjadi tingkat kalori yang dikonsumsi. Informasi mengenai tingkat kalori yang dikonsumsi menjadi penting karena tingkat kemiskinan dihubungkan dengan seberapa besar kalori yang dikonsumsi. Untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan ditetapkan 2100 kilo kalori per orang perhari sebagai batas kemiskinan. Ketiga, dalam kenyataannya, terutama bagi penduduk miskin yang tidak mempunyai tabungan, dalam jangka menengah tingkat pendapatan akan sama dengan tingkat konsumsi (belanja).
Rumah Tangga Sasaran
Data kemiskinan agregat hanya menggambarkan persentase dan jumlah penduduk miskin. Walaupun sangat berguna untuk mengetahui kemajuan pembangunan suatu bangsa, namun tidak dapat digunakan sebagai penetapan sasaran program penanggulangan kemiskinan. Program penanggulangan kemiskinan seperti Program Keluarga Harapan (PKH), Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), dan Program  Bantuan Pendidikan membutuhkan informasi tentang siapa dan dimana penduduk miskin itu berada (by name dan by address).
Penyaluran program penanggulangan kemiskinan memerlukan nama dan alamat rumah tangga sasaran. Data rumah tangga sasaran (RTS) ini sering disebut data kemiskinan mikro. Pengumpulan datanya harus dilakukan secara sensus. Pengumpulan data rumah tangga sasaran didasarkan pada ciriciri rumah tangga miskin yang diperoleh dari survei kemiskinan agregat.
Tabel 1. Ciri-ciri Rumah Tangga Sasaran (RTS)
No
Variabel
Kriteria
1
Luas lantai per anggota rumah tangga/keluarga
< 8m²
2
Jenis lantai rumah
Tanah/papan/kualitas rendah
3
Jenis dinding rumah
Bambu, papan kualitas rendah
4
Fasilitas tempat buang air besar (jamban)
Tidak punya
5
Sumber air minum
Bukan air bersih
6
Penerangan yang digunakan
Bukan listrik
7
Bahan bakar yang digunakan
Kayu/arang
8
Frekuensi makan dalam sehari
Kurang dari 2 kali sehari
9
Kemampuan membeli daging/ayam/susu dalam seminggu
Tidak
10
Kemampuan membeli pakaian baru bagi setiap ART
Tidak
11
Kemampuan berobat ke puskesmas/poliklinik
Tidak
12
Lapangan pekerjaan kepala rumah tangga
Petani gurem, nelayan, pekebun
13
Pendidikan kepala rumah tangga
Blm pernah sekolah/Tdk tamat SD
14
Kepemilikan aset/barang berharga minimal Rp. 500.000,-
Tidak ada
Sumber : BPS, 2010
Pengumpulan data RTS ini telah dilakukan BPS sebanyak 2 (dua) kali yaitu pada bulan Oktober 2005 dan September 2008. Daftar RTS yang dihasilkan bukan hanya data rumah tangga (RT) miskin, tetapi juga mencakup daftar RT hampir miskin (near poor).
Jumlah anggota RTS yang tergolong miskin, jumlahnya konsisten dengan jumlah penduduk miskin secara agregat. Jadi, sebetulnya tidak ada dua angka kemiskinan. Jumlah anggota RTS dalam pelaksanaan program Bantuan Tunai Langsung (BLT) lebih besar dari jumlah penduduk miskin secara agregat, dikarenakan jumlah tersebut juga memasukkan RTS hampir miskin.
BPS akan melakukan pengumpulan data RTS kembali pada tahun 2011. Pengumpulan data tersebut menggunakan metodologi yang telah disempurnakan. Dengan dikumpulkannya data RTS pada tahun 2011, diharapkan seluruh program penanggulangan kemiskinan bersasaran (targeted program) menggunakan data RTS tersebut (Unified Database).
Tabel 2. Jumlah RTS Menurut Provinsi dan Kategori Kemiskinan Berdasar PPLS 2008
Sangat Miskin
Miskin
Hampir Miskin
Total
Nanggroe Aceh Darussalam
83,254
219,528
226,970
529,752
Sumatera Utara
146,674
301,223
390,466
838,363
Sumatera Barat
46,001
97,469
113,968
257,438
R i a u
37,356
95,703
120,691
253,750
J a m b i
23,395
48,804
60,938
133,137
Sumatera Selatan
107,132
244,589
245,221
596,942
Bengkulu
24,268
55,968
40,366
120,602
Lampung
116,838
333,194
289,962
739,994
Bangka Belitung
4,887
8,093
15,428
28,408
Kepulauan Riau
14,145
20,809
39,647
74,601
SUMATERA
603,950
1,425,380
1,543,657
3,572,987
DKI Jakarta
28,909
51,063
100,688
180,660
Jawa Barat
484,683
1,008,786
1,347,065
2,840,534
Jawa Tengah
467,726
1,147,239
1,273,396
2,888,361
DI Yogyakarta
34,937
89,868
76,823
201,628
Jawa Timur
493,004
1,256,122
1,330,696
3,079,822
Banten
100,701
208,337
320,280
629,318
JAWA
1,609,960
3,761,415
4,448,948
9,820,323
B a l i
12,176
45,222
77,406
134,804
Nusa Tenggara Barat
96,444
255,728
207,108
559,280
Nusa Tenggara Timur
113,321
223,159
217,290
553,770
BALI DAN NUSA TENGGARA
221,941
524,109
501,804
1,247,854
Kalimantan Barat
58,709
104,551
183,415
346,675
Kalimantan Tengah
24,978
39,073
74,290
138,341
Kalimantan Selatan
30,481
56,134
82,804
169,419
Kalimantan Timur
28,156
73,511
87,330
188,997
KALIMANTAN
142,324
273,269
427,839
843,432
Sulawesi Utara
19,877
49,379
46,539
115,795
Sulawesi Tengah
28,192
64,502
66,432
159,126
Sulawesi Selatan
88,781
213,380
211,959
514,120
Sulawesi Tenggara
45,473
104,625
103,059
253,157
Gorontalo
16,524
31,419
22,574
70,517
Sulawesi Bais kemrat
27,064
30,373
33,136
90,573
SULAWESI
225,911
493,678
483,699
1,203,288
Maluku
33,450
72,618
38,268
144,336
Maluku Utara
11,592
21,921
22,747
56,260
Irian Jaya Barat
29,255
48,433
34,405
112,093
Papua
112,387
208,351
166,696
487,434
MALUKU DAN PAPUA
186,684
351,323
262,116
800,123
Indonesia
2,990,770
6,829,174
7,668,063
17,488,007
Ukuran Kemiskinan lain
Ukuran kemiskinan lain yang sering digunakan adalah Poverty Gap Index atau P1. Indeks ini menggambarkan selisih (dalam persen terhadap garis kemiskinan) rata-rata antara pengeluaran penduduk miskin dengan garis kemiskinan. Jumlah seluruh populasi digunakan untuk menghitung rata-rata dengan menganggap selisih sama dengan 0 (nol) bagi penduduk yang berada di atas garis kemiskinan. Indeks ini menggambarkan kedalaman kemiskinan (the depth of poverty). Perkembangan angka indeks P1 dari waktu ke waktu yang semakin kecil menunjukkan terjadinya perbaikan.
Ukuran kemiskinan lain adalah Poverty Severity Index atau P2. Indeks Keparahan Kemiskinan ini adalah jumlah dari kuadrat  selisih (dalam persen terhadap garis kemiskinan) rata-rata antara pengeluaran penduduk miskin dengan garis kemiskinan. Jumlah seluruh populasi digunakan untuk menghitung rata-rata dengan menganggap selisih sama dengan 0 (nol) bagi penduduk yang berada di atas garis kemiskinan. Dengan melakukan pengkuadratan, indeks ini memberi bobot yang lebih besar bagi penduduk miskin yang memiliki pengeluaran jauh di bawah garis kemiskinan. Serupa dengan P1, Perkembangan angka indeks P2 dari waktu ke waktu yang semakin kecil menunjukkan terjadinya perbaikan.
Baik menggunakan P1 maupun menggunakan P2, menunjukan adanya perbaikan dari waktu ke waktu, seperti terlihat pada gambar 2.
Gambar 2. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Deskripsi: Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

Ukuran kemiskinan lain yang sering digunakan adalah menggunakan batas kemiskinan 1 (satu) US$ dan 2 (dua) US$ per kapita per hari. Batas kemiskinan menggunakan US$ ini sering disalah artikan dengan menggunakan nilai tukar biasa (exchange rate) untuk mendapatkan garis kemiskinan. Sehingga kalau nilai tukar adalah Rp. 8.500 per satu dolar, maka garis kemiskinan 1 (satu) US$ per kapita per hari, menjadi Rp. 255.000 per kapita per bulan. Bila perhitungan ini benar maka menjadi lebih tinggi dari garis kemiskinan nasional yang sebesar Rp. 233.740 per kapita per bulan, kenyataannya tidak begitu. Nilai tukar yang digunakan dalam perhitungan garis kemiskinan 1 (satu) US$ dan 2 (dua) US$ adalah nilai tukar dolar PPP (Purchasing Power Parity). Nilai tukar PPP menunjukkan daya beli mata uang di suatu negara, dalam hal ini US$, untuk membeli barang dan jasa yang “sama” di negara lain. Ilustrasi sederhana adalah sebagai berikuti, bila seseorang di Indonesia  membeli beras seharga Rp. 5000 per liter, sementara di Amerika satu liter beras dengan kualitas yang sama harganya  adalah 1 (satu) US$, dengan nilai tukar biasa artinya Rp. 8.500, dengan pengertian nilai tukar PPP, maka orang di Indonesia yang membeli beras tadi dianggap telah membelanjakan 1  (satu) US$, walaupun pada kenyataannya dia hanya mengeluarkan Rp. 5000. Dalam realitanya tidak sesederhana ilustrasi di atas, barang dan jasa yang  tersedia tidak hanya beras melainkan ratusan barang dan jasa lainnya.
Dengan menggunakan US$ PPP tadi, maka garis kemiskinan nasional pada saat ini adalah sekitar 1,25 US$ PPP per kapita per hari. Dengan demikian garis kemiskinan nasional yang digunakan selama ini lebih tinggi dari batas 1 (satu) US$ PPP. Tidak heran, bila kita menggunakan ukuran  garis kemiskinan 1 (satu) US$ per kapita per hari, justru jumlah orang miskin di Indonesia hanya sekitar 10,01  % pada tahun 2009 lebih sedikit dengan jumlah orang miskin yang dikeluarkan oleh BPS yaitu 14,15 % pada tahun 2009. Untuk kepentingan tujuan Milleninium Development Goals (MDGs), digunakan ukuran kemiskinan 1 US$ per kapita per hari. Sasaran MDGs untuk tingkat kemiskinan Indonesia adalah 10,3% pada tahun 2015. Dengan ukuran ini Indonesia telah mencapai sasaran MDGs pada tahun 2009, jauh sebelum tahun 2015.
Dengan menggunakan ukuran kemiskinan 2 (dua) US$ PPP per kapita per hari, jumlah orang miskin di Indonesia menjadi sekitar 50 %. Ukuran kemiskinan 2 (dua) US$ PPP per kapita per hari biasanya digunakan untuk negara yang kondisi ekonominya jauh lebih baik. Untuk negara bekembang ukuran 2 US$ per kapita per hari dianggap terlalu tinggi. Namun demikian, jika perkembangan tingkat kemiskinan menggunakan ukuran yang konsisten, maka baik dengan menggunakan 1 US$ per kapita per hari, maupun dengan 2 US$ per kapita per hari, maupun dengan menggunakan ukuran garis kemiskinan nasional, tingkat kemiskinan di Indonesia menunjukkan kecenderungan yang terus menurun setiap tahunnya.
Walaupun tingkat kemiskinan cenderung menurun dari tahun ke tahun, namun jumlah absolutnya masih sangat besar. Pada tahun 2011, tingkat kemiskinan nasional adalah 12,49 % atau 30 juta orang. Jumlah ini lebih banyak dari pada jumlah penduduk Malaysia (28,2 juta orang). Hal ini merupakan tantangan dan pekerjaan rumah yang sangat besar bagi semua pihak.
Baik menggunakan ukuran 1 US$ per kapita per hari maupun menggunakan 2 US$ per kapita per hari, menunjukan adanya perbaikan dari waktu ke waktu, seperti terlihat pada gambar 3.

Gambar 3. Proporsi Penduduk dengan Tingkat Pendapatan Di Bawah 1 US$  PPP/Kapita/Hari, 2 US$ PPP/Kapita/Hari, Garis Kemiskinan Nasional
Deskripsi: Proporsi Tingkat Pendapatan Penduduk














Akhir 2011, Pendapatan Per Kapita US$ 3.600
23 Votes
Akhir 2011, Pendapatan Per Kapita US$ 3.600
Oleh Kunradus Aliandu
dan Wahyu Sudoyo
Investor daily
JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan pendapatan per kapita Indonesia akhir tahun ini mencapai US$ 3.500-3.600, lebih tinggi dari tahun lalu US$ 3.005. Perkiraan itu didasarkan pada kinerjapertumbuhan ekonomi yang konsisten saat ini. Pada triwulan II-2011,pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 2,9% dibandingkan triwulan sebelumnya, sedangkan dibandingkan triwulan sama 2010 tumbuh 6,5%. Menurut Kepala BPS Rusman Heriawan, secara kumulatif, produk domestik bruto (PDB) nominal semester I-2011 mencapai Rp 3.549 triliun,lebih tinggi dari semester I-2010 senilai Rp 3.084 triliun atau dibanding semester II-2010 sebesar Rp 3.339 triliun.“Kalau perkembangan pada semester II tahun ini kira-kira sama dengan semester II tahun lalu, total PDB tahun ini bisa mencapai Rp 7.400 triliun,” kata Rusman di Jakarta, Jumat (5/8).Dia menjelaskan, dengan perkiraan PDB nominal 2011 sebesar Rp 7.400 triliun atau setara pertumbuhan ekonomi 6,7% dan memperhitungkan jumlah penduduk Indonesia sebanyak 241 juta jiwa dengan rata-rata kurs Rp 8.600 per dolar AS,
pendapatan per kapita Indonesia hingga akhir tahun ini mencapai US$ 3.500-US$ 3.600. “Angka itulebih tinggi dari tahun lalu US$ 3.004,9,” ujar Rusman. Pemerintah Optimistis Secara terpisah, Menko Perekonomian Hatta Rajasa optimistis pertumbuhanekonomi tahun ini minimal mencapai 6,5%. “Dengan pertumbuhan yang stabil sejak awal tahun dan pencapaian pertumbuhan kuartal II sebesar 6,5%, saya yakin  perekonomian nasional tahun ini setidaknya mencapai 6,5%, atau di atas target APBN sebesar 6,4%,” tutur Hatta.
Dia mengungkapkan, saat ini terjadi sedikit guncangan di pasar modal global. Di sisi lain, sejumlah negara mengalami penurunan pertumbuhan selama kuartal II. Contohnya Tiongkok dan Singapura yang ekonominya tumbuh pesat pada kuartal I, tapi pada kuartal II turun tajam. “Tapi Indonesia tetap mengalami pertumbuhan stabil. Konsumsi masyarakat tetap terjaga,inflasi juga cukup baik,” ujarnya.Hatta juga optimistis nilai ekspor bisa menembus US$ 200 miliar tahun ini. Reali sasi nilai ekspor yang melebihi impor menunjukkan surplus pada neraca perdagangan yang  tetap Akhir 2011, Pendapatan Per Kapita US$ 3.600 “Ekspor kita jauh lebih tinggi pertumbuhannya dibanding impor,” tutur dia. Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, menurut Hatta Rajasa, pemerintah harus mampu mengatasi tiga titik hambatan. Pertama, memperbaiki perencanaan proyek yang terkait belanja modal dan infrastruktur.
Kedua, memperbaiki proses pelelangan. Ketiga, memperbaiki proses penyelesaian atau pembayaran. “Ini sebetulnya sudah diatur Perpres No 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang dan Jasa Pemerintah. Tapi, menurut saya, Perpres ini harus terus dievaluasi. Kalau menghambat, tentu harus diubah. Pengadaan barang dan jasa pemerintah harus simpel, cepat, transparan, dan akuntabel, bukan njelimet, berbelit-belit, malah memperlambat. Itu repot,” tandas Hatta. Minim Tenaga Kerja Menanggapi hal itu, ekonom Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI) Latief Adam mengungkapkan,   laju pertumbuhan ekonomi masih didominasi sektor non-tradeable yang terbilang minim menyerap tenaga kerja. “Kontribusi sektor pengolahan dan pertanian masih 39%. Padahal, idealnya, kedua sektor tersebut harus dominan untuk dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas,” ujarnya. Menurut Latief, seharusnya pertumbuhan ekonomi disokong sektor-sektor yang tradeable, seperti pertanian, industri, dan pertambangan. Pasalnya, ketiga sektor tersebut paling besar menyerap tenaga kerja. Dia menambahkan, dengan pencapaianpertumbuhan ekonomi semester I-2011 sebesar 6,5% dibanding semester I tahun silam, Indonesia sepanjang tahun ini mampu mencatatkan pertumbuhan ekonomi di atas 6,7%. Namun, untuk dapat mencapainya, pemerintah harus mampu mengendalikan inflasi.“Pertumbuhan ekonomi sebagian besar didorong konsumsi masyarakat. Jika inflasi tinggi, daya beli masyarakat menurun dan konsumsi masyarakat akan berkurang. Ini tentu berdampak pada pertumbuhan ekonomi,” papardia.
Selain disokong tingkat konsumsi  yang tinggi, menurut Latief, tren investasi diperkirakanakan semakin meningkat pada kuartal III. .Demikian pula belanja pemerintah. “Yang akan menjadi hambatan justru ekspor, karena beberapa negara tujuan ekspor seperti Amerika Serikat dan Jepang menunjukkan penurunan performa,”ucap dia. Dia mengatakan, meskipun pada akhir tahun diprediksi terjadi perlambatan ekonomi global, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap bakal meningkat. “Eksposur kita dengan AS dan Eropa tidak setinggi Singapura atau negara Asean yang lain. Yang terpengaruh paling-paling ekspor,”ujarnya. Latief menambahkan, terpuruknya ekonomi AS dan Eropa justru akan mendatangkan keuntungan tersendiri bagi Indonesia. Soalnya, para investor akan memilih negara tujuan lain untuk berinvestasi, salah satunya Indonesia. “Capital inflow akan semakin deras. Tinggal bagaimana caranya mentransmisikan capital inflow ke sektor riil,” katanya. Konsumsi Rumah Tangga Kepala BPS Rusman Heriawan mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2011 mencapai 2,9% dibandingkan triwulan sebelumnya (quarter to quarter/q-to-q).Sedangkan dibandingkan triwulan yang sama 2010 (year on year/yoy) tumbuh 6,5%. Konsumsi rumahtangga memberikan kontribusi paling besar. Sebaliknya, belanja pemerintah berkontribusi paling rendah. Secara spasial, menurut dia, struktur perekonomian Indonesia pada triwulan II-2011 masih didominasi kelompok provinsi di Pulau Jawa dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 57,7%, diikuti Sumatera 23,5%, Kalimantan 9,5%, Sulawesi 4,7%, dan sisanya 4,6%
dikontribusi pulau-pulau lainnya. Rusman mengatakan, besaran PDB atas dasar harga berlaku pada triwulan II-2011 mencapai Rp 1.811,1 triliun. Adapun PDB atas dasar harga konstan 2000 pada triwulan yang sama sebesar Rp 611,1 triliun. Sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi (q-to-q) adalah perdagangan, hotel, dan restoran 4,8%, konstruksi 4,2%, serta sektor
listrik, gas, dan air bersih 4%.Secara tahunan (yoy), kata dia, sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh 10,7%, sektor perdagangan, hotel, dan restoran 9,6%, dan sektor konstruksi 7,4%. Struktur PDB triwulan
II-2011 masih didominasi sektor industri pengolahan, sektor pertanian, serta sektor perdagangan, hotel, dan
restoran dengan kontribusi masingmasing 24,3%, 15,4%, dan 13,9%. Rusman menjelaskan, pertumbuhan
PDB triwulan II-2011 dibandingkan triwulan I-2011 (q-to-q) yang mencapai 2,9% ditopang kenaikan pengeluaran
konsumsi rumah tangga sebesar 1,3%. Sedangkan pengeluaran konsumsi pemerintah naik 26%, pembentukan
modal tetap bruto (PMTB) naik 3,9%, ekspor barang dan jasa tumbuh
7,4%, serta impor barang dan jasa meningkat 6%.
Dia menambahkan, pertumbuhan ekonomi triwulan II-2011 yang mencapai 6,5% dibandingkan triwulan II-
2010 (yoy) didukung pengeluaran konsumsi rumahtangga yang meningkat 4,6%. Pendukung lainnya adalah pengeluaran
konsumsi pemerintah 4,5%, PMTB 9,2%, ekspor barang dan jasa 17,4%, serta impor barang dan jasa 16%.
Adapun pertumbuhan ekonomi semester I-2011 terhadap semester I- 2010 yang mencapai 6,5% didukung peningkatan
konsumsi rumahtangga 4,5%, konsumsi pemerintah 3,7%, PMTB 8,3%, serta ekspor dan impor
masing-masing 14,9% dan 15,8%. Rusman mengemukakan, struktur PDB penggunaan triwulan II-2011 didominasi
komponen pengeluaran rumahtangga sebesar 54,3%. Komponen PMTB dan pengeluaran konsumsi
pemerintah memberikan kontribusi masing-masing 31,6% dan 8,3%. Sedangkanekspor neto berkontribusi 1,9%



















Posted on 23 Desember 2010 by guss!
Deskripsi: World Bank(Tulisan ini terakhir diupdate : 4 Agustus 2011)
World Bank mengeluarkan data GNI per kapita (pendapatan per kapita) negara-negara di dunia. Dari data dapat dilihat perkembangan PCI dari tahun-ke tahun. Berikut disajikan data pendapatan per kapita negara di dunia yang diambil dari laman World Bank. Data ini menyajikan perkembangan pendapatan per kapita (PCI) negara-negara di dunia dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. Data diambil dari laman World Bank pada 4 Agustus 2011
20 besar negara dengan GNI per kapita tertinggi ( tahun 2010) adalah :
Nama Negara
68,360
76,190
84,850
84,590
85,380
67,760
78,470
82,210
76,880
79,510
58,300
57,020
56,780
65,380
70,350
52,250
54,700
58,620
58,300
58,980
45,680
48,900
52,420
48,570
49,930
43,390
46,310
49,000
48,380
49,720
41,100
44,160
48,110
46,680
47,170
46,240
46,840
47,660
46,330
47,140
39,260
42,180
46,250
46,420
46,710
38,780
41,350
45,090
45,290
45,420
37,400
39,450
42,680
42,430
43,330
36,740
38,960
42,080
42,610
42,390
38,590
37,760
38,000
37,520
42,150
45,570
48,590
49,940
44,540
40,990
31,800
34,980
36,050
36,880
40,920
41,060
44,050
45,600
41,060
38,540
32,190
33,600
35,360
35,120
35,090
52,400
58,430
46,950
39,650
33,870
29,520
31,220
32,950
31,410
32,900
27,470
29,390
31,810
32,030
31,650
10 besar negara dengan GNI per kapita terendah (tahun 2010) adalah :
Nama Negara
110
120
140
150
160
130
140
150
160
180
120
150
170
190
190
230
250
280
310
330
260
260
250
300
340
250
280
320
340
340
270
290
330
340
360
310
320
340
370
380
190
220
280
340
380
310
340
380
440
440
Berikut ini daftar selengkapnya GNI per kapita tahun 2006 sampai dengan 2010 dalam US$ menurut Bank Dunia, yang diurutkan berdasar abjad nama negara :
Nama Negara
300
340
330
2,990
3,350
3,860
4,010
4,000
3,120
3,630
4,260
4,420
4,460
35,620
36,980
41,130
1,910
2,650
3,430
3,890
3,960
11,390
12,610
13,030
11,760
10,610
5,160
6,030
7,160
7,540
8,450
1,920
2,580
3,340
3,040
3,090
34,300
37,140
41,890
43,740
39,260
42,180
46,250
46,420
46,710
1,890
2,710
3,830
4,840
5,180
19,970
20,670
21,400
20,410
19,660
22,750
25,420
450
470
520
580
640
11,480
11,800
12,380
13,500
3,490
4,350
5,550
5,680
6,030
38,780
41,350
45,090
45,290
45,420
3,650
3,560
3,740
3,800
3,740
570
610
700
750
750
1,360
1,660
1,780
1,880
1,920
1,110
1,230
1,480
1,630
1,790
3,330
3,790
4,530
4,750
4,790
5,710
6,060
6,570
6,400
6,890
4,800
6,110
7,480
8,090
9,390
27,050
30,130
33,030
31,180
4,080
4,530
5,700
6,080
6,240
420
430
480
510
550
110
120
140
150
160
520
590
660
690
760
970
1,040
1,140
1,190
1,160
36,830
40,270
43,430
41,950
2,310
2,550
2,840
3,070
3,160
350
380
410
440
460
450
490
540
600
600
6,870
8,140
9,490
9,300
9,940
2,050
2,490
3,050
3,650
4,260
3,440
4,060
4,640
5,050
5,510
670
690
750
810
820
130
140
150
160
180
1,270
1,470
1,980
2,080
2,310
5,040
5,530
6,060
6,260
6,580
840
880
980
1,060
1,070
10,850
12,180
13,720
13,800
13,760
4,550
5,020
5,550
22,880
24,130
27,460
30,460
12,890
14,380
17,140
17,400
17,870
52,250
54,700
58,620
58,300
58,980
1,050
1,110
1,210
1,280
4,340
4,500
4,790
4,910
4,960
3,370
4,030
4,330
4,530
4,860
2,960
3,170
3,720
4,210
4,510
1,290
1,500
1,800
2,110
2,340
2,970
3,200
3,460
3,370
3,360
6,870
9,710
14,480
16,440
14,680
260
260
250
300
340
11,430
13,160
14,410
14,080
14,360
190
220
280
340
380
3,600
3,800
4,070
3,830
3,610
41,100
44,160
48,110
46,680
47,170
36,740
38,960
42,080
42,610
42,390
5,490
6,480
7,520
7,640
7,760
280
320
400
440
440
1,680
2,090
2,460
2,540
2,690
37,400
39,450
42,680
42,430
43,330
590
800
1,150
1,190
1,240
23,480
25,370
27,810
28,760
27,240
30,830
34,060
30,010
26,150
5,220
5,480
5,870
5,580
5,560
2,220
2,430
2,640
2,660
2,740
310
320
340
370
380
390
410
460
510
540
1,390
1,920
2,690
3,010
3,270
410
550
610
660
650
1,480
1,630
1,780
1,800
1,880
29,520
31,220
32,950
31,410
32,900
10,830
11,500
13,010
13,080
12,990
52,400
58,430
46,950
39,650
33,870
850
1,000
1,080
1,220
1,340
1,420
1,660
2,010
2,230
2,580
2,960
3,540
4,120
4,530
1,120
1,420
2,060
2,200
2,320
45,570
48,590
49,940
44,540
40,990
43,710
49,300
21,130
22,610
24,700
25,780
27,340
32,190
33,600
35,360
35,120
35,090
4,210
4,400
4,880
4,720
4,750
38,590
37,760
38,000
37,520
42,150
2,750
3,100
3,660
3,970
4,350
3,860
4,970
6,140
6,840
7,440
570
660
730
760
780
1,820
1,830
1,960
1,830
2,010
18,950
21,200
21,580
19,830
19,890
2,460
2,670
3,000
3,180
3,300
37,300
43,920
500
620
770
870
880
510
590
730
890
1,000
8,120
10,100
12,020
12,390
11,620
5,670
6,200
6,990
7,710
9,020
950
980
1,080
1,110
1,080
120
150
170
190
190
8,200
10,220
12,380
12,020
104,080
111,690
118,970
136,540
8,410
9,980
11,910
11,620
11,400
67,760
78,470
82,210
76,880
79,510
25,060
35,360
38,590
39,520
3,100
3,380
4,180
4,540
4,520
300
340
410
430
440
230
250
280
310
330
5,720
6,420
7,270
7,340
7,900
3,010
3,270
3,700
3,860
4,270
410
470
520
570
600
15,320
16,660
18,460
18,350
3,250
3,240
3,130
3,050
2,990
670
810
980
1,000
1,060
5,530
6,050
6,890
7,320
7,740
8,740
9,430
10,050
9,050
9,330
2,500
2,490
2,480
2,610
2,700
1,030
1,160
1,500
1,570
1,810
145,290
173,310
200,610
197,460
1,110
1,390
1,790
1,790
1,890
4,260
5,150
6,440
6,640
6,690
2,120
2,230
2,520
2,760
2,850
310
340
380
440
440
3,890
4,100
4,260
4,260
4,650
320
350
400
440
490
43,390
46,310
49,000
48,380
49,720
25,630
27,480
27,320
29,050
930
990
1,040
1,040
1,080
270
290
330
340
360
830
960
1,170
1,190
1,180
68,360
76,190
84,850
84,590
85,380
12,230
14,290
17,890
790
860
940
1,000
1,050
7,960
8,250
6,690
6,220
6,460
4,950
5,560
6,240
6,560
6,990
720
940
1,090
1,180
1,300
1,400
1,650
2,130
2,250
2,940
2,920
3,340
4,010
4,240
4,710
1,310
1,510
1,770
1,860
2,050
8,340
9,800
11,870
12,190
12,420
18,650
19,920
21,520
21,830
21,860
4,870
6,430
8,290
8,320
7,840
5,820
7,590
9,630
9,290
9,910
310
360
440
490
540
2,410
2,570
2,930
2,840
2,930
43,530
46,570
50,670
840
920
1,010
1,110
1,200
14,270
15,570
17,710
17,200
810
870
980
1,040
1,050
3,800
4,450
5,520
5,930
5,820
10,740
11,860
10,680
9,340
9,490
250
280
320
340
340
31,800
34,980
36,050
36,880
40,920
12,470
14,260
16,590
16,120
16,220
19,580
21,510
24,210
23,780
23,860
960
1,020
1,050
960
1,030
5,480
5,770
5,860
5,730
6,100
27,470
29,390
31,810
32,030
31,650
1,350
1,540
1,780
1,990
2,290
9,380
9,800
11,210
9,770
9,980
5,360
5,390
5,430
5,130
4,970
4,440
4,930
5,140
5,120
4,850
760
930
1,140
1,230
1,270
3,740
4,450
5,310
5,920
2,360
2,540
2,560
2,350
2,600
45,680
48,900
52,420
48,570
49,930
58,300
57,020
56,780
65,380
70,350
1,580
1,800
2,120
2,440
2,640
390
460
600
720
780
390
410
460
500
530
2,860
3,240
3,680
3,780
4,210
950
1,490
2,460
2,020
2,220
340
330
380
420
440
2,730
2,910
3,270
3,350
3,380
12,930
14,810
16,880
15,920
15,380
3,040
3,210
3,540
3,860
4,070
7,150
8,090
8,890
8,700
9,500
1,850
2,210
2,760
3,180
3,700
340
370
420
460
490
1,950
2,570
3,210
2,840
3,010
41,060
44,050
45,600
41,060
38,540
46,240
46,840
47,660
46,330
47,140
5,440
6,510
8,020
8,970
10,590
600
730
890
1,090
1,280
2,010
2,180
2,550
2,620
2,760
6,090
7,500
9,160
10,070
11,590
690
780
910
1,000
1,100
770
850
960
1,060
620
750
970
990
1,070
410
400
320
370
460
Keterangan :
  • GNI per kapita (dahulu GNP per kapita) adalah pendapatan nasional bruto, dikonversi ke dolar AS dengan menggunakan metode Atlas Bank Dunia , dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.
  • GNI adalah jumlah dari nilai tambah oleh semua produsen di dalam negeri ditambah pajak produk (dikurangi subsidi ).
  • Negara Indonesia tercinta masih berada dibawah US$ 5000…




Tahun 2012 Utang Indonesia di Luar Negeri Capai Rp 1.937 Triliun

Minggu, 05 Februari 2012 22:57 WIB
 LENSAINDONESIA.COM: Direktur MPI (Mitra Peduli Indonesia) mengungkapkan saatnya Indonesia mengoptimalkan pengembangan potensi sumberdaya lokal untuk mengantisipasi dampak krisis global yang saat in tengah melanda dunia Internasional, khususnya Eropa dan Amerika. Bahkan, jika terlambat, maka bukan tak mungkin krisis juga akan mendera tanah air.
Lebih lanjut Efri memaparkan, dengan jumlah hutang luar negeri Indonesia yang mencapai Rp 1.937 triliun, sebagaimana dilansir Seknas Fitra menggambarkan betapa rapuhnya pondasi keuangan negara.
Menurut Seknas Fitra Uchok Sky Khadafi, hutang luar negeri Indonesia pada tahun 2010 atau era Presiden SBY sebesar Rp 1.677 triliun. Pada tahun anggaran 2011 utang luar negeri Indonesia sebesar Rp 1.803 triliun dan pada tahun 2012 utang luar negeri Indonesia mencapai Rp 1.937 triliun.
Selain tingginya hutang luar negeri, dia juga prihatin dengan makin gencarnya impor yang tidak mampu dihadapi pengusaha lokal. Karena, masih tingginya biaya produksi dan lemahnya daya saing.
“Untuk itu, pemerintah perlu mencermati efektifitas penggunaan anggaran baik APBN maupun APBD. Prinsip-prinsip partisipasi, transparansi dan akuntabilitas perlu diimplementasikan. Sehingga, setiap rupiah yang dikeluarkan negara betul-betul bisa memberi kontribusi untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, termasuk meningkatkan daya saing komoditi dalam negeri sehingga mampu bersaing dengan komoditi internasional,” pungkas alumni Universitas Andalas ini. Releace











PERANG DUNIA II DAN PENGARUHNYA TERHADAP INDONESIA

Deskripsi: http://www.crayonpedia.org/wiki/images/c/c6/Perang_DNII_1.jpg
Tentu kalian pernah mendengar kata Perang Dunia, bukan? Apakah yang kalian bayangkan ketika mendengar kata tersebut? Apakah seluruh penduduk saling bertempur dalam waktu yang bersamaan? Tentu sangat mengerikan, bukan? Yang dimaksud Perang Dunia bukan karena seluruh penduduk dunia bertempur, tetapi pengaruh atau akibat perang tersebut dirasakan oleh seluruh masyarakat di dunia, termasuk Indonesia. Pada awal PD II, Jepang berhasil merebut daerah jajahan Sekutu termasuk Indonesia. Akibatnya Indonesia dijajah oleh Jepang. Bagaimanakah kehidupan rakyat Indonesia saat dijajah Jepang? Apakah kehidupan rakyat lebih baik atau semakin menderita?
Pada akhir PD II Jepang mulai mengalami kekalahan dan memberi janji kemerdekaan kepada rakyat Indonesia. Apa tujuan Jepang tersebut? Bagaimana bangsa Indonesia menyikapinya? Agar lebih jelas pelajarilah materi berikut.

A. Perang Dunia II

1. Lahirnya Negara-negara Fasis

Deskripsi: http://www.crayonpedia.org/wiki/images/6/64/Perang_DNII_2.jpg
Situasi Eropa menjelang PD II tidak jauh berbeda dengan situasi menjelang PD I. Suasana diliputi ketegangan dan keinginan balas dendam, terutama negara-negara yang kalah perang. Mereka dirugikan oleh perjanjian-perjanjian yang dibuat oleh blok Sekutu. Pada umumnya negara-negara yang terlibat perang mengalami kehancuran ekonomi. Untuk itu mereka berusaha bangkit dengan cara yang diktator dan mengembangkan paham ultranasionalisme. Dari paham ultranasionalisme tersebut lahir negara-negara fasis. Negara-negara fasis yang muncul yaitu Jerman, Italia, dan Jepang.
a. Fasisme di Jerman
Dalam PD I Jerman mengalami kekalahan dan penderitaan yang hebat. Namun, di bawah kepemimpinan Adolf Hittler Jerman mulai bangkit. Melalui Partai Nazi, Adolf Hittler membangun Jerman kembali. Jerman menganut paham Chauvinisme yaitu paham yang menganggap dirinya lebih unggul dari ras lainnya. Selain itu juga menganut totaliterisme yaitu paham yang melaksanakan prinsip bahwa
semua diutus oleh negara. Rakyat tidak memiliki kebebasan.

Berikut ini beberapa tindakan yang dilakukan Hittler untuk mewujudkan kejayaan Jerman.
1) Menolak isi Perjanjian Versailes.
2) Membangun angkatan perang yang kuat.
3) Mengobarkan semangat anti-Yahudi dengan membunuh dan mengusir orang-orang Yahudi.
4) Membangun hubungan kerja sama politik dan militer dengan Jepang dan Italia (Poros Roberto).
5) Membentuk polisi rahasia yang disebut Gestapo.

Seiring dengan perkembangan yang dialaminya, Jerman mulai berani melakukan politik ekspansi kembali. Jerman melaksanakan politik Lebensraum (ruang untuk hidup) yaitu gagasan perluasan wilayah melalui perang. Misalnya dengan menduduki Austria dan Cekoslovakia.
b . Fasisme di Italia
Kalian tentu masih ingat bukan mengapa Italia pindah ke blok Sekutu? Italia adalah salah satu negara pemenang dalam Perang Dunia I. Meskipun menang, Italian merasa kecewa sebab tuntutannya dalam Perjanjian Versailes tidak terpenuhi. Karena kekecewaannya tersebut, Italia mulai bangkit di bawah pimpinan Benito Mussolini . Italia berkembang menjadi negara fasis.
Berikut ini usaha-usaha Benito Mussolini untuk mengembangkan fasisme di Italia.
1) Mengobarkan semangat Italia Irredenta untuk mempersatukan seluruh bangsa Italia.
2) Memperkuat angkatan perang.
3) Menguasai seluruh Laut Tengah sebagai Mare Nostrum atau Laut Kita.
4) Menduduki Ethiopia dan Albania.

c . Fasisme di Jepang
Deskripsi: http://www.crayonpedia.org/wiki/images/5/5d/Perang_DNII_3.jpg
Munculnya fasisme Jepang tidak dapat dipisahkan dari Restorasi Meiji. Berkat Restorasi Meiji, Jepang berkembang menjadi negara industri yang kuat. Majunya industri tersebut membawa Jepang menjadi negara imperialis. Jepang menjadi negara fasis dan menganut Hakko I Chiu. Fasisme di Jepang dipelopori oleh Perdana Menteri Tanaka, masa pemerintahan Kaisar Hirohito dan dikembangkan oleh Perdana Menteri Hideki Tojo. Untuk memperkuat kedudukannya sebagai negara fasis, Kaisar Hirohito melakukan beberapa hal berikut.
1) Mengagungkan semangat bushido.
2) Menyingkirkan tokoh-tokoh politik yang anti militer.
3) Melakukan perluasan wilayah ke negara-negara terdekat seperti Korea, Manchuria, dan Cina.
4) Memodernisasi angkatan perang.
5) Mengenalkan ajaran shinto Hakko I Chiu yaitu dunia sebagai satu keluarga yang dipimpin olehJepang.
Berkembangnya negara-negara fasis seperti Italia, Jerman, dan Jepang membuat situasi politik di kawasan Eropa semakin menghangat, dan diwarnai dengan ketegangan yang mendorong terjadinya Perang Dunia II.

2. Latar Belakang Perang Dunia II

Hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya Perang Dunia II dapat digolongkan menjadi sebab umum dan sebab khusus.
a. Sebab Umum
Berikut ini sebab-sebab umum terjadinya Perang Dunia II.
1) Pertentangan antara paham liberalisme dan totaliterisme. Liberalisme memberikan kebebasan bagi warga negaranya sedangkan totaliterisme mengekang kebebasan warga negara.
2) Persekutuan mencari kawan.
3) Semangat untuk membalas dendam (revanche idea) karena kekalahan dalam PD I.
4) Perlombaan senjata antarnegara.
5) Pertentangan antarnegara imperialis untuk memperebutkan daerah jajahan.
6) Kegagalan Liga Bangsa-Bangsa dalam mewujudkan perdamaian dunia.

b . Sebab Khusus ( casus bally bally)
Sebab khusus Perang Dunia II terjadi di dua kawasan yaitu kawasan Eropa dan kawasan Asia Pasifik. Berikut ini sebab-sebab khusus terjadinya Perang Dunia II.
Deskripsi: http://www.crayonpedia.org/wiki/images/7/72/Perang_DNII_4.jpg
1) Di kawasan Asia Pasifik, penyerbuan Jepang terhadap pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbour tanggal 7 Desember 1941.
2) Di kawasan Eropa, serangan kilat (blitzkrieg) yang dilakukan Jerman atas Polandia pada tanggal 1 September 1939. Alasan penyerangan itu untuk merebut kembali kota Danzig (penduduknya bangsa Jerman). Dalam waktu singkat sebagian besar Polandia dikuasai Jerman.
Uni Soviet yang merasa keamanannya terancam, segera menyerbu Polandia dari arah Timur. Pada tanggal 3 September 1939 Inggris dan Prancis menyatakan perang terhadap Jerman. Dalam perkembangannya melibatkan banyak negara.

3. Jalannya Perang

Negara-negara yang terlibat dalam Perang Dunia II juga tidak jauh berbeda dengan Perang Dunia I. Perang Dunia II dapat dikatakan merupakan ajang balas dendam bagi negara-negara yang kalah dalam PD I. Negara-negara yang terlibat terbagi dalam blok Sentral dan blok Sekutu. Berikut ini negara-negara yang terlibat dalam PD II.
a. Blok Sentral yaitu Jerman, Italia, Jepang, Austria, Rumania, dan Finlandia.
b. Blok Sekutu yaitu Inggris, Prancis, Rusia, RRC, Amerika Serikat, Austria, dan Polandia.

Secara umum PD II dibagi dalam 3 tahapan berikut.
a. Tahapan pertama, blok Sentral melakukan ofensif dengan taktik serangan kilat.
b. Tahapan kedua, merupakan titik balik. Blok Sentral bersifat defensif (bertahan) sedangkan blok Sekutu lebih banyak melakukan serangan.
c. Tahapan ketiga, blok Sekutu mulai mencapai kemenangan.

Untuk memahami jalannya Perang Dunia II, simaklah penjelasan berikut. Lihat tabel 2.1.
Deskripsi: Tabel 2.1 Pertempuran dalam Perang Dunia II
Tabel 2.1 Pertempuran dalam Perang Dunia II
Deskripsi: http://www.crayonpedia.org/wiki/images/c/cd/Perang_DNII_6.jpg
Pada awalnya Amerika Serikat bersikap netral. Akan tetapi setelah terjadi peristiwa Pearl Harbour tanggal 7 Desember 1941, AS menyatakan perang kepada Jepang. Sekutu membentuk komando gabungan yang dipimpin Jenderal Dwight Eisenhower. Pada tanggal 6 Juni 1944 terjadi pertempuran antara Sekutu dan Jerman di Normandia. Jerman dapat dipukul mundur. Sementara itu, wilayah Asia Pasifk membentuk pertempuran sendiri. Jepang berhasil menguasai Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Birma. Bahkan pada tanggal 27 Februari 1942 pertahanan Sukutu di Jawa dapat direbut Jepang. Peta kekuatan mengalami perubahan setelah terjadi pertempuran di Laut Karang. Pasukan Sekutu yang dipimpin Jenderal Douglas Mac Arthur dengan Laksamana Chester W. Nimit menyerbu Jepang sampai Pulau Okinawa.

4. Akhir Perang

Deskripsi: http://www.crayonpedia.org/wiki/images/7/76/Perang_DNII_7.jpg
Pada bulan Mei 1942, suatu serangan terhadap Australia terhenti dalam pertempuran di Laut Koral. Serangan serupa terhadap Hawai terhenti di Midway pada bulan Juni 1942. Pada bulan Agustus 1942 pasukan Amerika Serikat mendarat di Guadalkanal (Kepulauan Solomon) dan bulan Februari 1943 pihak Jepang telah dipukul mundur. Pada bulan Februari 1944 pasukan Amerika Serikat berhasil mengusir Jepang dari Kwayalein, di Kepulauan Marshall, dan Saipan di Kepulauan Mariana. Pada tanggal 6 Agustus 1945 Sekutu menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima dan kota Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945. Akhirnya Jepang menyerah dan menandatangai perjanjian di atas kapal USS Missouri tanggal 2 September 1945 di Teluk Tokyo.
Blok Sentral pada khirnya harus menyerah kepada Sekutu pada bulan Mei 1945. Berikut ini beberapa faktor penyebab kekalahan Blok Sentral terhadap Sekutu.
a. Blok Sentral tidak ditunjang oleh sumber-sumber kekayaan alam yang mencukupi kebutuhan perang.
b. Jumlah anggota kelompok Sekutu lebih banyak. Masuknya Rusia ke dalam blok Sekutu memperkuat blok tersebut.
c. Sekutu memiliki daerah jajahan yang dapat menunjang kebutuhan perang.
d. Blok Sekutu memiliki keunggulan teknologi persenjataan daripada Blok Sentral.
Berakhirnya Perang Dunia II juga ditandai dengan penandatanganan berbagai macam perjanjian. Berikut ini beberapa perjanjian yang mengakhiri PD II. Lihat tabel 2.2.
Deskripsi: Tabel 2.2 Perjanjian-Perjanjian yang Mengakhiri Perang Dunia II
Tabel 2.2 Perjanjian-Perjanjian yang Mengakhiri Perang Dunia II

4. Dampak atau Akibat Perang Dunia II

Perang Dunia II memberikan dampak yang luas dalam berbagai aspek kehidupan. Berikut ini dampak PD II dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan kerohanian. Lihat tabel 2.3.
Deskripsi: Tabel 2.3 Dampak Perang Dunia II
Tabel 2.3 Dampak Perang Dunia II
Deskripsi: Tabel 2.3 Dampak Perang Dunia II
Tabel 2.3 Dampak Perang Dunia II

6. Pengaruh Perang Dunia II bagi Indonesia

Deskripsi: http://www.crayonpedia.org/wiki/images/2/23/Perang_DNII_11.jpg
Terjadinya PD II secara tidak langsung berpengaruh terhadap kehidupan politik dan pergerakan kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1942 Jepang berhasil mengalahkan Belanda, maka posisi Belanda Indonesia diambil alih oleh Jepang. Artinya Indonesia mulai dijajah oleh Jepang. Masa pendudukan Jepang berjalan sekitar 3,5 tahun. Berbagai kebijakan Jepang di Indonesia diarahkan untuk memperkuat kekuatan militer. Selain itu untuk ikut mendukung kemenangannya dalam menghadapi Sekutu. Perang Dunia II juga berpengaruh bagi Indonesia dalam mencapai kemerdekaan. Setelah Jepang kalah menyerah kepada Sekutu tanggal 14 Agustus 1945, Indonesia dalam keadaan “vacuum of power” (kekosongan kekuasaan). Jepang sudah menyerah berarti tidak mempunyai hak memerintah Indonesia, sementara Sekutu, saat itu belum datang. Kondisi ini kemudian dimanfaatkan bangsa Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaan.

B. Latar Belakang dan Proses Pendudukan Jepang (1942 - 1945)

Masa pendudukan Jepang merupakan periode yang penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Pendudukan Jepang di Indonesia ditujukan untuk mewujudkan Persemakmuran Bersama Asia Timur Raya. Untuk mewujudkan cita-cita itu, Jepang menyerbu pangkalan Angkatan Laut di Pearl Harbour, Hawai. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 7 Desember 1941. Gerakan invasi militer Jepang cepat merambah ke kawasan Asia Tenggara. Pada bulan Januari-Februari 1942, Jepang menduduki Filipina, Tarakan (Kalimantan Timur), Balikpapan, Pontianak, dan Samarinda. Pada bulan Februari 1942 Jepang berhasil menguasai Palembang. Untuk menghadapi Jepang, Sekutu membentuk Komando gabungan. Komando itu bernama ABDACOM (American British Dutch Australian Command). ABDACOM dipimpin oleh Jenderal Sir Archibald Wavell dan berpusat di Bandung. Pada tanggal 1 Maret 1942 Jepang berhasil mendarat di Jawa yaitu Teluk Banten, di Eretan (Jawa Barat), dan di Kragan (Jawa Timur). Pada tanggal 5 Maret 1942 kota Batavia jatuh ke tangan Jepang. Akhirnya pada tanggal 8 Maret 1942 Belanda secara resmi menyerah kepada Jepang.
Deskripsi: http://www.crayonpedia.org/wiki/images/e/ed/Perang_DNII_12.jpg
Upacara penyerahan kekuasaan dilakukan pada tanggal 8 Maret 1942 di Kalijati, Subang, Jawa Barat. Dalam upacara tersebut Sekutu diwakili oleh Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh dan Jenderal Ter Poorten, sedang Jepang diwakili oleh Jenderal Hitoshi Imamura. Dengan penyerahan itu secara otomatis Indonesia mulai dijajah oleh Jepang.
Kebijakan Jepang terhadap rakyat Indonesia pada prinsipnya diprioritaskan pada dua hal, yaitu:
1. menghapus pengaruh-pengaruh Barat di kalangan rakyat Indonesia, dan
2. memobilisasi rakyat Indonesia demi kemenangan Jepang dalam Perang Asia Timur Raya.

Politik imperialisme Jepang di Indonesia berorientasi pada eksploitasi sumber daya alam dan manusia. Jepang melakukan eksploitasi sampai tingkat pedesaan. Dengan berbagai cara, Jepang menguras kekayaan alam dan tenaga rakyat melalui janji-janji maupun kekerasan.

C. Pemerintahan pada Zaman Pendudukan Jepang

Masa pendudukan Jepang berbeda dengan masa penjajahan Belanda. Pada penjajahan Belanda pemerintahan dipegang oleh pemerintahan sipil. Sedangkan masa Jepang dipimpin oleh militer. Dalam menjalankan pemerintahannya, Indonesia dibagi dalam tiga wilayah kekuasaan militer.
1. Wilayah I, meliputi Pulau Jawa dan Madura diperintah oleh Tentara keenambelas dengan pusatnya di Batavia (Jakarta).
2. Wilayah II meliputi daerah Pulau Sumatra, diperintah oleh tentara keduapuluh lima dengan pusatnya di Bukittinggi.
3. Wilayah III meliputi Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Timor, Maluku diperintah oleh Armada Selatan Kedua dan berkedudukan di Makassar (Ujungpandang).

Deskripsi: http://www.crayonpedia.org/wiki/images/3/36/Perang_DNII_13.jpg
Berikut ini berbagai kebijakan pemerintah pendudukan Jepang di Indonesia.

1. Bidang Politik

Pada masa awal pendudukan, Jepang menyebarkan propaganda yang menarik. Sikap Jepang pada awalnya menunjukkan kelunakan, misalnya:
a. mengizinkan bendera Merah Putih dikibarkan di samping bendera Jepang,
b. melarang penggunaan bahasa Belanda,
c. mengizinkan penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, dan
d. mengizinkan menyanyikan lagu Indonesia Raya.

Kebijakan Jepang yang lunak ternyata tidak berjalan lama. Jenderal Imamura mengubah semua kebijakannya. Kegiatan politik dilarang dan semua organisasi politik yang ada dibubarkan. Sebagai gantinya Jepang membentuk organisasi-organisasi baru. Tentunya untuk kepentingan Jepang itu sendiri. Organisasi-organisasi yang didirikan Jepang antara lain Gerakan Tiga A, Putera, dan Jawa Hokokai.
a. Gerakan Tiga A
Gerakan Tiga A dibentuk pada bulan Maret 1942 dan diketuai oleh Mr. Syamsuddin. Gerakan Tiga A terdiri dari Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin Asia. Tujuan gerakan ini adalah untuk menghimpun potensi bangsa guna kemakmuran bersama. Ternyata Gerakan Tiga A tidak berumur lama karena dirasa kurang efektif oleh Jepang sehingga dibubarkan, sebagai gantinya dibentuk Putera (Pusat Tenaga Rakyat).

b . Pusat Tenaga Rakyat (Putera)
Pada tanggal 1 Maret 1943 Jepang membentuk Putera. Gerakan ini dipimpin oleh tokoh empat serangkai yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mas Mansyur.

Deskripsi: http://www.crayonpedia.org/wiki/images/0/0d/Perang_DNII_14.jpg
Bagi para pemimpin Indonesia, Putera bertujuan untuk membangun dan menghidupkan segala apa yang dirobohkan oleh imperialis Belanda. Sedangkan bagi Jepang, Putera bertujuan untuk memusatkan segala potensi masyarakat Indonesia dalam rangka membantu
usaha perangnya. Putera lebih bermanfaat bagi bangsa Indonesia daripada bagi Jepang. Putera lebih mengarahkan perhatian rakyat kepada kemerdekaan daripada kepada usaha perang pihak Jepang. Oleh karena itu kemudian Jepang membentuk Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa).
c . Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa)
Pada bulan Maret 1944 pemerintah Jepang membentuk Jawa Hokokai. Jawa Hokokai dinyatakan sebagai organisasi resmi pemerintah sehingga pucuk kepemimpinan langsung dipegang oleh Gunseikan. Himpunan ini mempunyai tiga dasar yaitu mengorbankan diri, mempertebal persaudaraan, dan melaksanakan sesuatu dengan bukti. Jawa Hokokai mempunyai tugas antara lain mengerahkan rakyat
untuk mengumpulkan padi, besi tua, pajak, dan menanam jarak sebagai bahan baku pelumas untuk Jepang. Pada tanggal 5 September 1943 membentuk Cuo Sangi In (Badan Pertimbangan) atas anjuran Perdana Menteri Hideki Tojo. Ketua Cuo Sangi In dipegang oleh Ir. Soekarno. Tugas badan ini adalah mengajukan usul kepada pemerintah serta menjawab pertanyaan pemerintah mengenai tindakan yang perlu dilakukan oleh pemerintah militer.

2. Bidang Ekonomi

Pada awal pendudukan Jepang, ekonomi Indonesia mengalami kelumpuhan obyek-obyek vital seperti pertambangan dan industri dibumihanguskan oleh Sekutu. Untuk menormalisasi keadaan, Jepang banyak melakukan kegiatan produksi. Semua kegiatan ekonomi diarahkan untuk memenuhi kebutuhan perang. Misalnya dengan membangun pabrik senjata dan mewajibkan rakyat menanam pohon jarak. Oleh karena itu Jepang menerapkan sistem autarki. Sistem autarki adalah tiap-tiap daerah diharapkan dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Untuk membangun fasilitas perang, Jepang memerlukan banyak tenaga kasar. Tenaga kasar yang digunakan untuk kerja paksa dinamakan romusha. Kehidupan romusha sangat mengenaskan. Mereka hidup menderita, miskin, kelaparan, dan tidak jarang terjadi kematian. Selain dengan romusha, Jepang juga mengeksploitasi sumber daya alam terutama batu bara dan minyak bumi.

3. Bidang Sosial

Pada masa Jepang banyak rakyat Indonesia yang dipaksa menjadi romusha. Mereka dipaksa bekerja keras tanpa diberi upah dan makanan. Akibatnya banyak romusha yang meninggal dan terjangkit wabah penyakit. Karena kemelaratan yang dialami para romusha tersebut, muncul golongan baru yang disebut golongan kere atau gembel.
Jepang juga mengatur sistem stratifikasi sosial dalam masyarakat. Stratifikasi sosial pada masa pendudukan Jepang terdiri dari:
a. Golongan teratas yaitu golongan Jepang.
b. Golongan kedua yaitu golongan pribumi.
c. Golongan ketiga yaitu golongan Timur Asing.

4 . Bidang Militer

Dalam rangka memperkuat kedudukan dalam Perang Pasifik, Jepang melakukan mobilisasi para pemuda untuk dibina dalam latihan militer. Oleh karena itu Jepang membentuk organisasiorganisasi semimiliter dan organisasi militer. Lihat tabel 2.4
Deskripsi: Tabel 2.4 Organisasi-Organisasi Semimiliter dan Organisasi Militer Bentukan Jepang
Tabel 2.4 Organisasi-Organisasi Semimiliter dan Organisasi Militer Bentukan Jepang

5. Bidang Budaya

Pada masa pendudukan Jepang, bahasa Indonesia diizinkan digunakan dalam komunikasi. Sebaliknya, bahasa Belanda tidak boleh digunakan. Papan nama dalam toko, rumah makan, atau perusahaan yang berbahasa Belanda diganti dengan bahasa Indonesia atau bahasa Jepang. Surat kabar dan film yang berbahasa Belanda dilarang beredar.

D. Strategi Pergerakan Masa Pendudukan Jepang

Dalam menghadapi penjajahan Jepang, para pejuang memiliki strategi yang tidak sama. Ada dua macam golongan yaitu golongan kooperatif dan nonkooperatif. Golongan kooperatif bersedia kerja sama dengan Jepang. Mereka duduk dalam organisasi bentukan Jepang. Sedang golongan nonkooperatif adalah golongan yang tidak mau bekerja sama dengan Jepang, mereka membentuk organisasi bawah tanah. Berikut ini kelompok bawah tanah pada masa Jepang, lihat tabel 2.5
Deskripsi: Tabel 2.5 Kelompok Bawah Tanah pada Masa Pendudukan Jepang
Tabel 2.5 Kelompok Bawah Tanah pada Masa Pendudukan Jepang
Perjuangan yang bersifat kooperatif dilakukan oleh para pemimpin bangsa. Mereka bersedia bekerja sama dengan Jepang. Perjuangan yang kooperatif dilakukan dengan bergabung dalam organisasi-organisasi bentukan Jepang misalnya dalam Putera, Jawa Hokokai, Gerakan Tiga A, dan Cuo Sangi In. Di samping itu juga duduk dalam badan-badan pemerintahan Jepang.

E. Perlawanan terhadap Jepang

Pada masa pendudukan Jepang, kehidupan rakyat sangat menderita. Hal ini disebabkan rakyat dipaksa menjadi romusha dan dibebani kewajiban menyerahkan hasil panennya. Penderitaan yang dialami rakyat menyebabkan munculnya rasa benci terhadap Jepang. Kebencian itu diperparah dengan kewajiban untuk melakukan Seikerei ke arah Tokyo yang tidak dapat diterima. Akibatnya terjadi perlawanan rakyat Indonesia terhadap kekejaman tentara Jepang. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 2.6 berikut.
Deskripsi: http://www.crayonpedia.org/wiki/images/6/62/Perang_DNII_17.jpg
Deskripsi: Tabel 2.6 Perlawanan-Perlawanan yang Muncul terhadap Jepang
Tabel 2.6 Perlawanan-Perlawanan yang Muncul terhadap Jepang
Perlawanan rakyat yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia menunjukkan bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia bukanlah hadiah dari pemerintah Jepang. Kemerdekaan Indonesia diperjuangkan, dan kemudian dipertahankan oleh bangsa Indonesia sendiri.

F. Berbagai Perubahan Akibat Pendudukan Jepang

Pendudukan Jepang telah mengakibatkan berbagai perubahan pada masyarakat pedesaan Indonesia, khususnya Jawa. kebijakan-kebijakan Jepang mengakibatkan terjadinya berbagai perubahan dalam kehidupan masyarakat. Berikut ini beberapa perubahan yang
terjadi akibat pendudukan Jepang di Indonesia.

1 . Aspek Politik Pemerintahan

Dalam bidang pemerintah terjadi perubahan dari pemerintahan sipil ke pemerintahan militer, jabatan Gubernur Jenderal diganti dengan Panglima Tentara Jepang. Untuk memperlancar proses eksploitasi di pedesaan dan mengontrol rakyat, Jepang membentuk tonarigumi (Rukun Tetangga). Tujuannya adalah untuk meningkatkan pengawasan terhadap penduduk.
Akibat dibentuknya tonarigumi, peran dan fungsi lembaga politik tradisional memudar.

2. Aspek Sosial Ekonomi

Pada masa Jepang, juga diberlakukan politik penyerahan padi secara paksa. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi para tentara. Akibat penyerahan padi itu antara lain angka kematian meningkat, tingkat kesehatan masyarakat menurun, kelangkaan bahan pangan, dan kesejahteraan sosial sangat buruk. Mobilitas sosial masyarakat cukup tinggi. Golongan pemuda, pelajar, dan tokoh masyarakat mengalami peningkatan status sosial. Hal ini disebabkan mereka bergabung dalam organisasi bentukan Jepang. Selain itu juga duduk dalam pemerintahan.

3. Aspek Mentalitas Masyarakat

Pulau Jawa memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak. Melihat hal tersebut, Jepang memanfaatkannya sebagai tenaga kerja. Masyarakat pedesaan dipaksa menjadi romusha. Para romusha harus membuat pabrik senjata, benteng pertahanan, dan jalan. Mereka
tidak hanya bekerja di Indonesia tetapi juga dikirim ke luar negeri. Para romusha sangat menderita dan tidak dapat upah dan makanan. Mereka masih menerima perlakuan yang kejam dari Jepang. Hal ini menimbulkan ketakutan pada masyarakat yang harus menyerahkan warganya untuk menjadi romusha.